Mitos Anak Pertama Menikah Dengan Anak Pertama dan Terakhir
Mitos anak pertama menikah dengan anak pertama dan terakhir, Pernahkah
anda mendengar misteri maupun mitos pernikahan anak pertama (mbarep / sulung), anak
kedua dan anak terakhir (bungsu) ? Dalam pembahasan kali ini kami akan
memberikan informasi seputar mitos pernikahan untuk lebih
jelasnya anda dapat melanjutkan membaca dibawah ini.
Dalam sebuah adat
bahwa sebagian orang Jawa ataupun suku lain tentu terdapat sebuah adat seperti
melarang mbarep menikah dengan mbarep, anak kedua menikah anak
kedua dan bungsu menikah dengan bungsu. Adat tersebut sudah
menjadi sebuah keharusan untuk dilakukan. Apabila tidak, maka mereka yang melanggar akan mendatangkan suatu bencana seperti
pernikahan tidak akan bahagia dan lain sebagainya.
Mitos
Anak Pertama Menikah Dengan Anak Pertama dan Terakhir
Larangan tersebut tentu anda baiknya juga karena demi kecocokan
jodoh
dan mewujudkan keluarga yang bahagia, hal tersebut berdasarkan sifatnya seperti :
Sifat Anak Petama (Sulung) :
Mandiri
Memimpin
Suka mengatur
Tidak mudah menerima pendapat orang lain, kecuali
pendapatnya bagus
Punya keputusan sendiri
Sedangkan sifat dari Bungsu kebalikan dari Mbarep. Oleh karena itu mbarep yang paling cocok dengan bungsu. Namun juga dapat menikah sama anak
kedua. Yang paling penting tidak sama – sama menikah dengan mbarep
Lalu bagaimana jika mbarep tetap menikah dengan sulung ?
Menurut beberapa orang berpendapat bahwa apabila tetap menikah dengan sama-sama sulung, maka yang didapatkan yakni
selalu bertengkar, karena memiliki sifat yang sama, jadi akan tetap pada
pendapat dan pikiran sendiri, susah untuk saling mengerti. Oleh sebab itu orang
Jawa menilai bahwa tidak cocok.
Lalu bagaimana jika mbarep menikah sama anak bungsu ?
Menurut beberapa orang berpendapat bahwa mbarep menikah dengan anak terakhir (bungsu) itu cocok, hal tersebut dikarenakan sifat yang
saling melengkapi.
Lalu bagaimana jika anak terakhir menikah sama anak
terakhir ?
Menurut beberapa orang berpendapat bahwa menikah sama-sama dengan bungsu, maka yang didapatkan yakni menjadi keluarga yang
tidak mandiiri, dalam arti dia akan sering menggantungkan nasib kepada orang
tua maupun saudaranya. Hal tersebut tentu tidak baik untuk masa depan
keluarganya. Itulah berapa adat orang Jawa dilihat dari sifat, yang jelas adatnya melarang menikah yang memiliki sifat yang sama.
Memang benar apabila anak sulung lebih keras sifatnya
dibadingkan anak terakhir lebih manja. Namun hal tersebut bisa terbalik
sifatnya di karena keadaan keluarganya yang menjadikan orang itu menjadi
manja, seperti sejak kecil di turuti terus keinginannya, selalu dimanjain orang
tuanya sehingga memiliki sifat manja. Begitu sebaliknya dengan
anak terakhir yang mungkin dapat terbalik sifatnya seperti lebih mandiri, yang
jelas tergantung dari pola asuh orang tuanya.
Rasulullah Saw pernah bersabda bahwa apabila pernikahan
itu dibangun bukan karena niat agama (ibadah) maka pernikahan itu tidak akan
bahagia. Sebab pendoman hidup yang paling sempurna yakni agama. Kesimpulan
adalah jodoh itu di tangan Alloh, jadi rezeki, mati dan jodoh sudah ada yang
mengatur.
Baca Juga : Mitos dan Misteri Putus Cinta di Candi Prambanan
Demikian beberapa informasi tentang mitos pernikahan. Sekian pembahasan kami mengenai mitos anak pertama menikah dengan anak pertama dan terakhir, terimakasih telah membaca.